Terlihat wajah nova dan liberta yang begitu kaget mendengar kalimat terakhir yang diucapkan 'papa'
"menikahi, nona?" ucap liberta
"papa, apa yang anda pikirkan?" tanya nova tidak senang
"apa itu? Apa maksudnya?" ucap pace bertanya-tanya
"ya, ini akan sedikit menarik" ucap debito yang berada disamping pace
terlihat jolly tertawa dengan tawa misterius andalannya sambil tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai sedangkan dante hanya menatap heran papa dan papa sendiri hanya tersenyum santai
tuk, tuk, tuk bunyi sepatu yang ditimbulkan sang 'nona' ia-nona sekarang berdiri tepat didepan papa.
"ada apa, felicita? Apa ada masalah?" tanya papa memandang anaknya
"aku tidak mau menikah" ucap felicita tegas
"kau telah memilih untuk bergabung dengan arcana famiglia dengan kemauan sendiri inilah aturan dari keluarga yang artinya kau harus melakukan apapun yang kukatakan, apa aku salah?" tanya papa namun tak ada jawaban dari felicita
"kau akan menjadi mama yang baru dan mendukung keluarga" ucap papa, membuat liberta dan nova terlihat tidak setuju
"papa, apa alasannya?" tanya nova miminta apa alasan dari semua ini
"ada alasannya, tapi aku tidak perlu menjelaskannya" ucap papa, seketika itu juga sebuah pisau melesat mengarah ke kepalanya namun dapat ia hindari dan ia tangkap dengan mudah

"oh? Jika kau tidak mau mematuhiku, lawan aku disini dan menanglah" ucap papa serius
"papa!" ucap luca kaget
"itu tidak mungkin!" ucap pace yang juga kaget
"sudah diam saja ini kelihatannya menarik" ucap debito serius
pisau telah dilepaskan oleh papa sehingga menimbulkan bunya saat ia menyentuh lantai, felicita pun langsung bergerak untuk menyerang papa dengan kakinya namun dapat dengan mudah ditahan oleh papa dengan 1 tangan saja
"apa hanya ini tendanganmu?" tanya papa meremehkan membuat felicita bertambah marah.
Felicita sedikit mundur ke belakang lalu kembali menyerang papa, tendangan demi tendangan yang diberikan felicita mampu dengan mudah ditangkis papa
"nona..." ucap liberta menonton pertarungan didepannya begitu juga dengan nova
"aku akan memilih jalanku sendiri!" ucap felicita terus menendang papa namun sama saja, dengan mudah dapat ditahan oleh papa dengan mudah
"kau tidak mempunyai hak untuk memilih jalanmu sendiri... Dalam kondisimu saat ini!" ucap papa mencengkram kaki felicita dan langsung membanting felicita kelantai
"nona!" teriak liberta khawatir
"nona..." panggil luca menghampiri felicita dan membantu felicita untuk duduk
"jika kau hanya ingin duduk diam disana, anak kecil juga bisa melakukannya." ucap papa membuat felicita menunduk menahan air mata
"kenapa tidak meneteskan air mata sekalian?" ejek papa pada felicita membuat liberta yang dari tadi memandangi felicita hanya bisa menahan emosinya dengan menunduk dalam diam
"kau mungkin bisa mendapat belas kasihan dari mereka yang akan ikut serta dalam arcana duello" ucap papa sukses membuat liberta tak bisa lagi menahan emosinya
"anda merampas kebebasan nona." ucap liberta pelan namun mampu didengar semua orang
"bagaimana bisa anda menyebut dirimu sebagai ayah?" teriak liberta emosi
"apa yang kau lakukan, liberta?" tanya dante atas sikap liberta
"kerja bagus, liberta bodoh! Kecerobohanmu benar-benar fantastis!" ucap debito sedikit tertawa
"debito, jangan menghasut dia!" ucap luca marah
"apa kau juga keberatan untuk mengikuti perintah, liberta?" ucap papa tersenyum
"ya!" ucap liberta marah
"kalau begitu kalahkan aku, disini sekarang" tantang papa
mendengar apa yang papa ucapkan membuat liberta tersentak
"ada apa? Apa kau takut terlihat bodoh seperti felicita juga?" ucap papa memancing emosi liberta
"tidak ada jaminnanya..." ucap liberta dengan wajah marah lalu mengeluarkan pedang miliknya dari dalam sarungnya

"kalau aku akan membuat diriku terlihat bodoh!" sambungnya mengarahkan mata pedang ke arah papa dan liberta pun langsung berlari untuk menyerang papa namun terhenti karna nova tiba-tiba saja muncul tepat didepan papa untuk melindungi papa
"nova!" ucap liberta heran
"papa adalah ayah dari keluarga kita juga. Aku tidak akan membiarkan bahaya mengancam ayah kita" ucap nova menarik pedang dari sarungnya
"minggir!" teriak liberta maju menyerang nova, begitupun dengan nova namun tiba-tiba saja pergerakan liberta dikunci oleh pace dan nova pun terjatuh karna sesuatu yang tak terlihat, tiba-tiba saja pedang nova yang tadinya terjatuh melayang karna sesuatu dan terlihat sebuah tato/lambang yang bercahaya
"debito?" ucap nova
"sangat peka... Aku membuat kesepakatan dengan kartu ke-9, L'emermita: Pertapa." ucap debito menenteng pedang milik nova
"jadi kekuatanmu adalah membuat dirimu tidak terlihat" ucap nova mengerti
"lepaskan aku! Lepaskan aku, kepala daging" teriak liberta memberontak karna kedua tangannya dikunci mati oleh pace
"aku tahu perasaanmu, tapi tidak baik jika kau menuruti papa" ucap pace mengeratkan kedua lengannyaAgar liberta tak mampu bergerak lagi sehingga cahaya berbentuk sebuah tato muncul ditangan pace
"pace telah membuat kesepakatan dengan kartu ke-11, La Forza: Kekuatan. Kekuatannya sangat luar biasa, tidak ada yang bisa menandinginya" ucap debito menjelaskan, sedangkan liberta terlihat putus asa untuk berusaha terlepas dari pace dan hanya bisa menunduk
"lepaskan" ucap liberta dingin
"lepaskan aku" teriak liberta sehingga sebuah tato yang bercahaya muncul tepat didahinya membuat ia terlepas dari kuncian pace
"apa?" heran pace begitu juga dengan dante
"menyedihkan" ucap papa memandang liberta yang terduduk, liberta berusaha bangun namun papa lebih dulu menundung mendekati liberta
"jika kau ingin membebaskan anakku, kau harus menang dalam arcana duello." ucap papa bangun
"sudah kubilang. Aku akan mengabulkan permohonan apapun" ucap papa membelakangi para tamu, liberta hanya bisa menahan emosi
"felicita" panggil 'mama'

"mama" kaget felicita
"ada cara bagimu untuk memenangkannya juga. Kau akan memilih. Jalanmu sendiri, 'kan?" ucap mama membuat felicita menunduk sedih
"roda keberuntungan telah berputar, menentang bimbingan dari Tarocco." ucap papa santai
latar beralih ke sebuah ruang dimana debito, pace dan luca berada
"tidak mungkin aku akan menikah, tapi aku tidak keberatan untuk bersatu dengan Bambina" ucap debito bersandar pada kursi yang ia pakai
"debito, kau?" marah luca, bangun dan menggebrak meja didepannya
"aku yakin pasti hari-hari akan menjadi indah kalau nona menjadi istriku." ucap pace menerawang
"pace, kau juga?" ucap luca dengan aura hitam
"kalau begitu, apa yang akan kau lakukan tentang arcana duello, luca?" tanya pace pada luca
"aku akan memberi semangat pada nona!" ucap luca semangat
"tapi, papa bilang, semua yang memiliki kekuatan arcana harus bertanding" ucap debito dan luca terlihat sedikit menunduk seperti memikirkan sesuatu
"Bambina adalah wanita tak berperasaan tapi, itu bisa menjadi agak menarik!" sambung debito
latar beralih ketempat dimana dante dan jolly
"aku mulai tertarik kalau nona akan menjadi pengantinku." ucap jolly jujur
"jolly, kau..." ucap dante namun dipotong oleh jolly
"apa? Kau pikir aku akan kalah? Sayanganya, itu tidak akan terjadi, itu kalau aku menganggap ini dengan serius." ucap jolly serius
latar beralih ke tempat diluar bangunan 'arcana famiglia' tepatnya didekat sebuah kolam air mancur, terlihat nona-felicita yang sedang duduk sendiri namun tak sendiri lagi karna liberta sudah berada didekatnya
"liberta?" ucap felicita memandang liberta
"nona, tenang saja!" ucap liberta tersenyum seperti biasa
"he?" felicita tidak mengerti
"aku akan memenangkan ini dan mendapatkan gelar papa, lalu..." ucap liberta
"aku akan menjadi tunanganmu?" potong felicita, liberta sedikit berpikir dan akhirnya sadar, ia pun terlihat salah tingkah
"tidak, bu-bukan itu maksudku! Pokoknya, itu artinya nona akan mendapatkan kebebasan, ya 'kan?" ralat liberta, felicita pun tersenyum senang mendengar penuturan liberta
"benar juga..." ucap liberta membuat felicita kaget
"nona mungkin akan menjadi pengantinku..." ucap liberta sambil berpikir namun ia segera tersadar atas apa yang dia pikirkan
"tapi kalau dipikirkan itu aneh" ucap liberta tersenyum kearah felicita
"kau sangat tidak sadar" ucap nova yang tiba-tiba saja muncul
"apa maksudmu tidak sadar, kau buncis" ucap liberta ketus
"jangan panggil aku buncis!" geram nova
"kau bahkan kesulitan mengendalikan kekuatan arcana mu, tapi kau cukup bodoh untuk bilang akan memenangkan arcana duello. Kalau tidak sadar, apa lagi?" ucap nova sombong
"aku akan bertarung dengan pedang ini" ucap liberta melihat dan memegang pedang yang berada dipinggangnya
"jadi aku tidak perlu kekuatan arcana." ucap liberta menatap nova
"kau benar-benar tidak sadar" ucap nova masih saja sombong
"tapi kau juga tidak bisa menggunakan kekuatan arcana mu" ucap liberta tepat sasaran
"aku belum pernah melihatmu menggunakan kekuatan arcana" serang liberta
"jangan samakan aku denganmu" teriak nova marah membuat liberta kaget, dan nova sendiri akhirnya sadar dengan sikapnya yang berubah
"tenang saja felicita jika aku menang, aku tidak berniat menikahimu" ucap nova dan mendapat 1 anggukkan tanda setuju dari felicita
"kalau begitu, jika salah satu dari kita menang nona akan bebas!" ucap felicita semangat
"kemungkinan kalau kau akan menang itu sangat tipis!" ucap nova sombong
"apa yang kau katakan, buncis?" geram liberta
"kebenaran, dan jangan memanggil ku buncist" ucap nova berlalu meninggalkan liberta dan felicita dengan liberta yang menatap bulan yang terus memancarkan sinar menerangi suasana malam yang gelap
Bersambung ke
Alur Cerita Arcana Famiglia Episode 2